Jumat, 14 September 2012

Berkenalan sosok Zulkarnain, manusia ‘penyegel’ Ya’juj Ma’juj


Allah SWT menjelaskan salah satu tanda kiamat adalah keluarnya Ya’juj dan Ma’juj dari tembok besi berlapis timah, yang dibangun oleh Zulkarnain dengan mengapit dua gunung.

Tuhan menakdirkan bangunan besi tersebut tidak akan berkarat atau berlubang, meskipun dirusak dengan berbagai cara. Sampai akhirnya Allah sendiri yang memerintahkan bangunan itu hancur, sehingga kaum Ya’juj dan Ma’juj keluar berhamburan seperti gelombang besar menerjang permukaan rendah untuk membuat keonaran dan kerusakan.
Siapakah sebenarnya Zulkarnanin tersebut? Tidak banyak riwayat menunjukkan secara pasti Zulkarnain. Bahkan Allah SWT hanya menjelaskan Zulkarnain sebagai manusia yang diberi kekuasaan, dan kekuatan untuk menaklukkan sesuatu di bumi. Seperti tertuang dalam surrah Al-kahfi ayat 84.
Dalam buku mengungkap misteri perjalanan Zulkarnain ke Cina tulisan Hamdi bin Hamzah Abu Zaid dikatakan, berdasarkan bukti sejarah, diduga kuat Zulkarnain merupakan seorang raja Muslim yang bernama asli Akhnaton seperti yang kami kutip dari www.merdeka.com.
“Melalui proses penemuan tersebut, terungkap salah satu output penelitian ini dan tercermin pada keberhasilan memperoleh bukti kuat bahwa Zulkarnain adalah seorang raja Mukmin yang bernama Akhnaton,” kata Hamdi.
Akhnaton salah satu raja Mesir kuno dari Dinasti XVIII. Akhnaton berkuasa memimpin rakyat Mesir dari tahun 1370-1352 sebelum Masehi. Berdasarkan temuan itu, maka kepemimpinan Akhnaton juga se zaman dengan Nabi Musa sewaktu berdakwah di Mesir.
Sedangkan secara silsilah, Akhnaton merupakan anak dari Raja Amnahotib III yang menolak seruan Nabi Musa. Kemudian Raja Amnahotib III mengejar Nabi Musa bersama pengikutnya, akhirnya Allah SWT menenggelamkan raja Mesir itu bersama pasukannya di laut Merah.
Karena Akhnaton beriman, Allah SWT menyelamatkan jiwanya dan menjadikannya pemimpin Mesir yang beriman.

Professor ini Masuk Islam Karena Jasad Fir’aun


Prof Dr Maurice Bucaille adalah adalah ahli bedah kenamaan Prancis dan pernah mengepalai klinik bedah di Universitas Paris. Ia dilahirkan di Pont-L’Eveque, Prancis, pada 19 Juli 1920. Kisah di balik keputusannya masuk Islam diawali pada tahun 1975.
Pada saat itu, pemerintah Prancis menawari bantuan kepada pemerintah Mesir untuk meneliti, mempelajari, dan menganalisis mumi Firaun. Bucaille lah yang menjadi pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung jawab utama dalam penelitian.
Ternyata, hasil akhir yang ia peroleh sangat mengejutkan. Sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh sang mumi adalah bukti terbesar bahwa dia telah mati karena tenggelam. Jasadnya segera dikeluarkan dari laut dan kemudian dibalsem untuk segera dijadikan mumi agar awet. Namun penemuan yang dilakukan Bucaille menyisakan pertanyaan: Bagaimana jasad tersebut bisa terjaga dan lebih baik dari jasad-jasad yang lain (tengkorak bala tentara Firaun), padahal telah dikeluarkan dari laut?
Bucaille lantas menyiapkan laporan akhir tentang sesuatu yang diyakininya sebagai penemuan baru, yaitu tentang penyelamatan mayat Firaun dari laut dan pengawetannya. Laporan akhirnya ini dia terbitkan dengan judul ‘Mumi Firaun; Sebuah Penelitian Medis Modern’, dengan judul aslinya, ‘Les Momies des Pharaons et la Midecine’.
Saat menyiapkan laporan akhir, salah seorang rekannya membisikkan sesuatu di telinga Bucaille seraya berkata: “Jangan tergesa-gesa karena sesungguhnya kaum Muslimin telah berbicara tentang tenggelamnya mumi ini”.
Dia mulai berpikir dan bertanya-tanya. Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi? Bahkan, mumi tersebut baru ditemukan sekitar tahun 1898 M, sementara Alquran telah ada ribuan tahun sebelumnya.
Setelah perbaikan terhadap mayat Firaun dan pemumiannya, Prancis mengembalikan mumi tersebut ke Mesir. Namun, ia masih bertanya-tanya tentang kabar bahwa kaum Muslimin telah saling menceritakan tentang penyelamatan mayat tersebut.
Dari sini kemudian terjadilah perbincangan untuk pertama kalinya dengan peneliti dan ilmuwan Muslim. Ia bertanya tentang kehidupan Musa as, perbuatan yang dilakukan Firaun, dan pengejarannya terhadap Musa hingga dia tenggelam dan bagaimana jasad Firaun diselamatkan dari laut.
Maka, berdirilah salah satu di antara ilmuwan Muslim tersebut seraya membuka Alquran dan membacakan untuk Bucaille firman Allah SWT yang artinya: “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS Yunus: 92).
Ayat ini sangat menyentuh hati Bucaille. Ia mengatakan bahwa ayat Alquran tersebut masuk akal dan mendorong sains untuk maju. Hatinya bergetar, dan getaran itu membuatnya berdiri di hadapan orang-orang yang hadir seraya menyeru dengan lantang: “Sungguh aku masuk Islam dan aku beriman dengan Alquran ini”.

(detikRamadhan.com)

Rasa Cemburu dari Seorang Nabi Pilihan Allah SWT


Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Nabi Dawud memiliki kecemburuan yang besar. Jika dia pergi pintu-pintu rumahnya dikunci. Tidak ada seorangpun yang datang kepada keluarganya sampai dia pulang.

Suatu hari dia keluar dan rumahnya dikunci. Maka isterinya meneliti rumah, ternyata ada seorang laki-laki berdiri di tengah rumah. Dia berkata kepada orang-orang yang ada di rumah, ‘Dari mana orang ini masuk ke dalam rumah padahal ia  terkunci? Demi Allah, kamu akan ditangkap oleh Dawud.’
Dawud pulang sementara laki-laki itu tetap berdiri di tengah rumah. Dawud bertanya, ‘Siapa kamu?’ Orang itu menjawab, ‘Saya adalah orang yang tidak takut kepada raja, tidak ada sesuatu yang menolak aku.’ Dawud berkata, ‘ Demi Allah kamu adalah malaikat maut. Selamat datang kepada perintah Allah.’ Maka Dawud berlari kecil di tempat nyawanya dicabut. Ketika urusan Dawud selesai, matahari pun terbit.
Sulaiman berkata kepada burung, ‘Naungilah Dawud.’ Maka ia menaunginya sehingga bumi menjadi gelap bagi keduanya. Sulaiman berkata kepadanya, ‘Tariklah sayapmu satu persatu.’” Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah saw menunjukkan bagaimana burung itu melakukannya. Dan Rasul Allah (Dawud) diambil, sementara pada hari itu yang lebih  dominan memberi naungan adalah elang yang bersayap lebar.”
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya (2/419), disebutkan oleh Haitsami dalamMajma’uz Zawaid(8/207), kemudian dia berkata tentang takhrij-nya, “Diriwayatkan oleh Ahmad, dalam sanad-nya terhadap Al-Muthallib bin Abdullah bin Hanthab. Dia dinyatakan tsiqah oleh Abu Zur’ah dan lainnya, dan sisa rawinya adalah rawi hadis shahih.”

Penjelasan Hadis
Hadis ini berkisah tentang kisah wafatnya Nabiyullah Dawud. Rasulullah saw. telah memberitakan bahwa Dawud wafat dalam keadaan sangat sehat wal ‘afiat tidak sebagaimana yang diklaim oleh para peletak Taurat. Dalam Safar Muluk disebutkan bahwa di akhir usianya Dawud menjadi tua renta. Ia hanya bisa terbaring dan kehilangan kekuatannya. Orang-orang di sekelilingnya menyelimutinya dengan kain, tetapi dia tetap kedinginan. Lalu mereka menghadirkan seorang wanita cantik, Dawud tidur dalam pelukannya supaya Dawud merasa hangat. Dan para penulis Taurat menyebutkan wasiat-wasiat Dawud kepada anaknya, Sulaiman, sementara dia dalam keadaan hampir mati.
Hadis ini mengoreksi berita wafatnya Dawud yang mereka sebutkan di dalam kitab mereka. Sebelum wafat, Dawud tidak sakit. Dia tidak memerlukan seorang wanita cantik untuk mendapatkan kehangatan. Saya tidak mengerti mengapa orang-orang yang menyelewengkan Taurat begitu bersemangat mengotori dan menodai sejarah hidup para nabi. Sualaiman, menurut mereka, adalah tukang sihir penyembah berhala. Luth, meneurut mereka, berbuat mesum dengan kedua anak perempuannya. Dan Dawud menurut mereka hanya memperoleh kehangatan  dari seorang wanita muda cantik yang tidur dalam pelukannya sewaktu dia sedang sakit, seolah-olahtidak ada cara melawan kedinginan bagi raja agung ini kecualai cara itu.
Dawud tidak tua, tidak kehilangan kekuatannya dan tidak sakit. Pada hari itu Dawud meninggalkan rumahnya  sebagaimana yang dia lakukan setiap hari. Dawud pemilik kecemburuan yang tinggi. Oleh karena itu, pintu-pintu rumahnya selsalu dikunci setelah dia pergi. Maka tidak seorang pun yang masuk rumahnya setelah kepergiannya. Ketika Dawud pergi pda hari itu, isterinya melihat dan memeriksa keadaan rumahnya. Istri Dawud melihat seorang laki-laki yang berdiri tegak di tengah rumah. Istri Dawud terheran-heran, bagaimana orang ini masuk, padahal rumahnya terkunci dengan rapat. Istri Dawud bertanya kepada penghuni rumah dan pelayannya bagaimana orang ini bisa mausk ke rumah. Dia takut terhadap kemarahan Dawud jika dia memergoki ada seorang laki-laki di rumahnya.
Dawud pulang tidak lama setelah itu, sementara laki-laki itu tetap ada dalam keadaaanya semula tanpa rasa khawatir dan rasa takut. Biasanya orang –orang akan takut jika bertemu dengan raja, lebih-lebih untuk memasuki rumah mereka, siapa yang berani?
Dawud bertanya kepada laki-laki itu tentang dirinya. Dia menyebutkan jati dirinya yang langsung dikenali oleh Dawud. Dia berkata, “Aku adalah orang yang tidak takut pada raja, tidak ada yang menghalangiku.” Maka Dawud mengenal cirinya. Dawud berkata, “Jadi kamu –demi Allah- adalah Malaiakat maut. Selamat datang kepautusan Allah.” Lalu Dawud diambil nyawa-nya, dia pun wafat.
Nabi menyampaikan bahwa ketika Dawud telah dimandikan, dikafani dan disiapkan, matahari pun menyinarinya. Sulaiman memerintahkan burung agar memayungi dengan sayapnya, maka jenazah Dawud terpayungi, begitu pula para pengantarnya, sehingga matahari tidak berhasil menyusupkan sinarnya kepada para pengantar. Akibatnya, bumi menjadi gelap. Pada saat itu Sulaiman memerintahkan agar burung menerik sayapnya. Dan Rasulullah menunjukkan dengan kedua tangannya bagaimana burung-burung itu menarik sayap-sayap-nya. Beliau juga memberitakan bagaimana burung elang dengan sayap yang lebar, yang diberi nama oleh Rasulullah dengan madhrahiyyahmengungguli burung-burung lain saat memayungi Dawud pada hari itu.
Pelajaran-Pelajaran dan Faedah-Faedah Hadis
  1. Hadis ini mengoreksi berita-berita yang disebutkan oleh para ahli sejarah Bani Israil tentang wafanya Dawud. Hadis ini membebaskan Dawud dari tuduhan para penyeleweng Taurat. Di antaranya adalah bahwa Dawud sakit sebelum meninggal dan bahwa orang-orang di sekelilingnya membawakan seorang gadis muda untuk tidur di pelukannya untuk memberinya kehangatan.
  2. Malaikat mampu menjelma dalam bentuk manusia. Malaikat maut menjelma dalam bentuk seorang laki-laki yang bisa dilihat oleh Dawud dan istrinya.
  3. Mengenal akhlak mulia yang dimiliki Dawud, yaitu kecemburuan kepada keluarga.
  4. Keutamaan Sulaiman dalam menundukkan burung dan memerintahkannya agar memayungi Dawud dan pra pengangarnya di hari yang panas itu sampai di dikubur.  

( DR. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar - Ensklopedia Kisah Shahih Sepanjang Masa)

Kisah Surat Rasulullah SAW kepada Raja Heraklius Romawi


Berikut Isi suratnya
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad utusan Allah untuk Heraklius Kaisar Romawi yang agung. Salam bagi siapa yang mengikuti petunjuk. Salain dari pada itu, sesungguhnya aku mengajak kamu untuk memeluk Islam. Masuklah kamu ke agama Islam maka kamu akan selamat dan peluklah agama Islam maka Allah memberikan pahala bagimu dua kali dan jika kamu berpaling maka kamu akan menanggung dosa orang orang Romawi.
“Katakanlah: Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimah (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebahagian kita menjadikan sebahagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahawa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.  (Surah Aali-Imran : 64)  [Sahih Al-Bukhari 1/4,5]
Kelanjutan Kisahnya
Dari Ibnu ‘Abbas r.a. katanya Abu Sufyan mengisahkan kepadanya dari mulut Abu Sufyan sendiri cerita berikut:  “Pada masa berlangsungnya perjanjian Damai antaraku dengan Rasulullah s.a.w., aku pergi berniaga ke Syam. Ketika itu aku sedang berada di sana, disampaikan orang sepucuk surat dari Rasulullah s.a.w kepada Kaisar Heraklius (Hercules), penguasa Rumawi.

Yang membawa surat itu adalah Dihyah Al-Kalbi yang langsung menyerahkannya kepada Penguasa Basrah. Selanjutnya, Penguasa Basrah menyerahkan kepada Hiraklius. Hiraklius lalu bertanya: Apakah di sini terdapat seorang dari kaum lelaki yang mengaku sebagai nabi ini?
Mereka menjawab: Ya! Maka aku pun dipanggil bersama beberapa orang Quraisy lainnya sehingga masuklah kami menghadap Hiraklius. Setelah mempersilakan kami duduk di hadapannya,
Hiraklius bertanya: Siapakah di antara kamu sekalian yang paling dekat nasabnya dengan lelaki yang mengaku sebagai nabi ini? Abu Sufyan berkata: Lalu aku menjawab: Aku.
Kemudian aku dipersilakan duduk lebih dekat lagi ke hadapannya sementara teman-temanku yang lain dipersilakan duduk di belakangku. Kemudian Hiraklius memanggil juru terjemahnya dan berkata kepadanya: Katakanlah kepada mereka bahwa aku akan menanyakan kepada orang ini tentang lelaki yang mengaku sebagai nabi itu. Jika ia berdusta kepadaku, maka katakanlah bahwa ia berdusta.
Abu Sufyan berkata: Demi Allah, seandainya aku tidak takut dikenal sebagai pendusta, niscaya aku akan berdusta. Lalu Hiraklius berkata kepada juru terjemahnya: Tanyakan kepadanya bagaimana dengan keturunan lelaki itu di kalangan kamu sekalian?
Aku menjawab: Di kalangan kami, dia adalah seorang yang bernasab baik. Dia bertanya: Apakah ada di antara nenek-moyangnya yang menjadi raja?
Aku menjawab: Tidak. Dia bertanya: Apa kamu sekalian menuduhnya sebagai pendusta sebelum dia mengakui apa yang dikatakannya? Aku menjawab: Tidak.
Dia bertanya: Siapakah pengikutnya, orang-orang yang terhormatkah atau orang-orang yang lemah?
Aku menjawab: Para pengikutnya adalah orang-orang lemah. Dia bertanya: Mereka semakin bertambah ataukah berkurang?
Aku menjawab: Bahkan mereka semakin bertambah.
Dia bertanya: Apakah ada seorang pengikutnya yang murtad dari agamanya setelah dia peluk karena rasa benci terhadapnya?
Aku menjawab: Tidak.
Dia bertanya:Apakah kamu sekalian memeranginya?
Aku menjawab: Ya.
Dia bertanya: Bagaimana peperangan kamu dengan orang itu?
Aku menjawab: Peperangan yang terjadi antara kami dengannya silih-berganti, terkadang dia mengalahkan kami dan terkadang kami mengalahkannya.
Dia bertanya: Apakah dia pernah berkhianat?
Aku menjawab: Tidak. Dan kami sekarang sedang berada dalam masa perjanjian damai dengannya, kami tidak tahu apa yang akan dia perbuat. Dia melanjutkan: Demi Allah, aku tidak dapat menyelipkan kata lain dalam kalimat jawaban selain ucapan di atas.
Dia bertanya lagi: Apakah perkataan itu pernah diucapkan oleh orang lain sebelum dia?
Aku menjawab: Tidak.
Selanjutnya Hiraklius berkata kepada juru terjemahnya: Katakanlah kepadanya, ketika aku bertanya kepadamu tentang nasabnya, kamu menjawab bahwa ia adalah seorang yang bernasab mulia. Memang demikianlah keadaan rasul-rasul yang diutus ke tengah kaumnya.
Ketika aku bertanya kepada kamu apakah di antara nenek-moyangnya ada yang menjadi raja, kamu menjawab tidak. Menurutku, seandainya ada di antara nenek-moyangnya yang menjadi raja, aku akan mengatakan dia adalah seorang yang sedang menuntut kerajaan nenek-moyangnya.
Lalu aku menanyakan kepadamu tentang pengikutnya, apakah mereka orang-orang yang lemah ataukah orang-orang yang terhormat. Kamu menjawab mereka adalah orang-orang yang lemah. Dan memang merekalah pengikut para rasul.
Lalu ketika aku bertanya kepadamu apakah kamu sekalian menuduhnya sebagai pendusta sebelum dia mengakui apa yang dia katakan. Kamu menjawab tidak. Maka tahulah aku, bahwa tidak mungkin dia tidak pernah berdusta kepada manusia kemudian akan berdusta kepada Allah.
Aku juga bertanya kepadamu apakah ada seorang pengikutnya yang murtad dari agama setelah ia memeluknya karena rasa benci terhadapnya. Kamu menjawab tidak. Memang demikianlah iman bila telah menyatu dengan orang-orang yang berhati bersih.
Ketika aku menanyakanmu apakah mereka semakin bertambah atau berkurang, kamu menjawab mereka semakin bertambah. Begitulah iman sehingga ia bisa menjadi sempurna.
Aku juga menanyakanmu apakah kamu sekalian memeranginya, kamu menjawab bahwa kamu sekalian sering memeranginya. Sehingga perang yang terjadi antara kamu dengannya silih-berganti, sesekali dia berhasil mengalahkanmu dan di lain kali kamu berhasil mengalahkannya. Begitulah para rasul akan senantiasa diuji, namun pada akhirnya merekalah yang akan memperoleh kemenangan.
Aku juga menanyakanmu apakah dia pernah berkhianat, lalu kamu menjawab bahwa dia tidak pernah berkhianat. Memang begitulah sifat para rasul tidak akan pernah berkhianat.
Aku bertanya apakah sebelum dia ada seorang yang pernah mengatakan apa yang dia katakan, lalu kamu menjawab tidak. Seandainya sebelumnya ada seorang yang pernah mengatakan apa yang dia katakan, maka aku akan mengatakan bahwa dia adalah seorang yang mengikuti perkataan yang pernah dikatakan sebelumnya.
Dia melanjutkan: Kemudian Hiraklius bertanya lagi: Apakah yang ia perintahkan kepadamu?
Aku menjawab: Dia menyuruh kami dengan shalat, membayar zakat, bersilaturahmi serta membersihkan diri dari sesuatu yang haram dan tercela.
Hiraklius berkata: Jika apa yang kamu katakan tentangnya itu adalah benar, maka ia adalah seorang nabi. Dan aku sebenarnya telah mengetahui bahwa dia akan muncul, tetapi aku tidak menyangka dia berasal dari bangsa kamu sekalian. Dan seandainya aku tahu bahwa aku akan setia kepadanya, niscaya aku pasti akan senang bertemu dengannya.
Dan seandainya aku berada di sisinya, niscaya aku akan membersihkan segala kotoran dari kedua kakinya serta pasti kekuasaannya akan mencapai tanah tempat berpijak kedua kakiku ini.
Dia melanjutkan: Kemudian Hiraklius memanggil untuk dibawakan surat Rasulullah saw. lalu membacanya. Ternyata isinya adalah sebagai berikut: Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah, dari Muhammad, utusan Allah, untuk Hiraklius, Penguasa Romawi. Salam sejahtera semoga selalu terlimpah kepada orang-orang yang mau mengikuti kebenaran.
Sesungguhnya aku bermaksud mengajakmu memeluk Islam. Masuklah Islam, niscaya kamu akan selamat. Masuklah Islam niscaya Allah akan menganugerahimu dua pahala sekaligus. Jika kamu berpaling dari ajakan yang mulia ini, maka kamu akan menanggung dosa seluruh pengikutmu.
(Wahai Ahli Kitab, marilah kepada suatu kalimah ketetapan yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita mempersekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak pula sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain daripada Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri kepada Allah).
Selesai dia membaca surat tersebut, terdengarlah suara nyaring dan gaduh di sekitarnya. Lalu dia memerintahkan sehingga kami pun segera dikeluarkan. Lalu aku berkata kepada teman-temanku ketika kami sedang menuju keluar, Benar-benar telah tersiar ajaran Ibnu Abu Kabasyah, dan sesungguhnya dia benar-benar ditakuti oleh Raja Romawi.
Abu Sufyan berkata: Aku masih terus merasa yakin dengan ajaran Rasulullah s.a.w. bahwa ia akan tersiar luas sehingga Allah berkenan memasukkan ajaran Islam itu ke dalam hatiku.  [Hadis 1745 jilid 3 sahih Muslim]